Teman-teman sekalian yang belum punya bisnis, atau berencana ekspansi mungkin sering kepikiran, bisnis apa lagi ya? Banyak tips yang menyarankan untuk segera terjun ke sektor bisnis yang sedang viral, di satu sisi banyak tips juga yang menyarankan lebih baik ke produk yang aman-aman saja. Padahal di setiap lini bisnis, selalu ada nilai minus yang bisa menjadi cuan.
Kontes kicau burung misalnya, entah setiap bulan ataupun mingguan, dari kelas kecamatan sampai nasional kontes kicau burung selalu ada. Mata rantai bisnisnyapun cukup lengkap, mulai dari pakan, anakan, kandang sampai transaksi burungnya ada di sana.
Namun, suatu kala di medio 90-an, seseorang melihat peluang bisnis lain dari kontes ini. Bagaimana kontes burung selalu diadakan tapi publikasi khusus segala perkicauan tidak ada? Dengan nyali besar, ia beranikan diri mendirikan sebuah majalah. Kicau namanya.
Majalah itu jelas punya pasar, karena kontes burung tidak pernah absen. Selain berisi pemenang-pemenang di kontes, ada juga pembahasan soal jenis-jenis burung, pula tips-tipsnya. Pasarnya sudah ada, kemudian publikasinya dibuat.
Sama seperti majalah Trubus, siapa yang akan menilik perkambingan sebagai hal yang layak liput? Namun, dengan konsistensinya, perkambingan jadi sangat penting dan layak untuk dibahas, atau menjadi bahan obrolan. Tidak hanya kambing saja, mulai dari agrikultur, jenis-jenis sayur-mayur, tips-tips dan lain-lainnya dibuat.
Kedua majalah itu cemerlang. Pertanian dan perkebunan adalah sumber makanan kita sehari-hari, pula kicau burung adalah hobinya para bapak yang tidak akan habis. Berapa ekosistem bisnis lagi yang belum terjelajah hari ini?
Memang dengan maraknya Instagram, juga artikel-artikel bebas di internet, sektor-sektor ini sudah punya media publikasinya masing-masing. Tapi bagaimana dengan sektor ekosistem bisnis lain? Dari mana datangnya produk itu? Itu yang mesti kita bahas lebih jauh.
Ketika konsumen terjaring, ter-engage mereka akan terus mencari tahu. Konsumen akan selalu mencari tahu, maka value dari produknya bertambah terus.
Teman-teman UMKM sekalian bisa saja mengemas cerita itu menjadi storytelling. Bukan saja menghasilkan barang jualan sehari-hari, menjadikan cerita orang lain menjadi cuan adalah pilihan cerdas, bukan?