Ibu, bapak dan handai taulan semuanya butuh healing.
Sekedar informasi, Healing ini sebenarnya cuma pengganti dari kata wisata,
liburan, tamasya atau semacamnya.
Mungkin anak muda sekarang menggunakan kata healing karena kehidupan sehari-hari menorek luka di punggung masing-masing, jadi perlulah LIBURAN sebagai obatnya.
Tapi mau sekarang atau dulu, tetap saja ada yang sama. Mau
itu healing, tamasya atau wisata, ketiganya perlu dokumentasi,
beserta ceritanya.
Healing Yang Bukan Sekedar Instagrammable
Meski terikat dengan harus foto, healing ini bukan berarti kita mesti pergi ke tebing yang ada ornament hati ataupun bunga-bunga. Hari ini, hidden gem alias wisata yang keren tapi kurang beken jadi primadonanya.
Saya sempat pergi ke Cianjur satu waktu, ada hidden gem yang membuat saya terkagum. Ternyata healing bukan sekedar foto-foto saja.
Ada sebuah kedai kopi yang menarik perhatian saya. Suasananya membawa nostalgia. Arsitektur lama, dan berbagai barang antik jadi display. Hal-hal ini sebenarnya sudah banyak kita temukan di berbagai coffeeshop di kota-kota besar, suasana antik dan lampau menjadi nuansanya, tapi ada hal yang tak biasa.
Secara konsep, keantikan ini didukung dengan sejarah. Memang tempat
itu dulunya merupakan gudang teh dan kopi, bertempat di jalur kereta api yang
sudah lama tak aktif, tapi baru-baru ini direaktivasi, di jalur Kilometer 95
Stasiun Cianjur.
Ada juga tur wisata kereta lama yang ditawarkan, menelusur terowongan dan gua-gua yang ada di sekitar Cianjur. Healing jadi punya opsi lain, foto? Tentu dapat. Cerita? Banyak!
Apa Yang Bisa Jadi Strategi Untuk Usaha F&B?
Di jalan-jalan saya waktu itu, saya menemukan bahwa tempat usaha bukan cuman konsep “tempat” yang estetis. Namun sekaligus dengan package aktivitasnya, pengunjung bukan sekedar berandai-andai akan tempat bersejarah yang ada di konsep kafe itu, tapi bisa berkunjung ke dalamnya. Nama tempatnya, Kilometer95 Coffee.
Usaha makanan jalan, wisatapun dapat. Tapi tak hanya itu.
Mereka yang merawat sejarah adalah yang merawat literasi bangsa kita.
Lebih lagi dari itu! Mereka mendapat jejaring yang luas, pengunjung yang terus berdatangan dan repeat, bukan sekadar kopi, lalu pulang ataupun healing Instagram saja.
Ibu, bapak, dan handai taulan semuanya, Mau kita berusaha
kuliner ataupun kedai kopi, kita bukan sekedar menyediakan kopi terbaik kepada
pelanggan. Bukan juga sekedar menjadi pendengar yang baik untuk pelanggan yang
hatinya sedang kelabu atau berbahgia.
Tapi seperti warteg yang langganan, tujuan lebih kompleks dari sebuah kedai kopi adalah membentuk komunitas pelanggan.
Komunitas pelanggan bukan sekedar langganan, lho. Komunitas pelangganlah yang menghidupi ruang
kopi kita. Mereka membentuk acara, berjejaring, dan menjadikan usaha kita
ikonik.
Jadi, yang perlu kita perhatikan ialah: pertama, kualitas kopi dan penganannya tentu saja, tanpa itu, bukan kedai kopi namanya. Kedua, konsep tempat. Ketiga, aktivitas di ruang tersebut. Keempat, bagaimana membentuk komunitas pelanggan.
Kalau kita punya komunitas pelanggan, marketing bisa sama pelanggan sendiri, hal yang luar biasa bukan?