Latah itu bukan sekedar ikut-ikutan atau ayam, ayam, ayam. Dalam bisnis juga ada, salah satunya adalah serampangan tidak menghitung beberapa perhitungan. Dalam soal latah, ada satu prinsip yang harus kita ingat dunia selalu berganti, begitu juga bisnisnya.
Mari kita ingat-ingat betapa pengusaha Video CD (VCD) kaya melintir dengan produk yang ia pasarkan, mulai dari penjualan sampai rental VCD-nya. Semua ada, lagu rohani, sampai dokumenter National Geographic, semua ada.
Kejayaan bisnis ini kira-kira ada 15 tahun lalu, berjalan kurang lebih 5 tahun. Sebelum datang saingannya, DVD, kemudian format Blu-Ray digital, sampai hari ini di platform Youtube atau Netflix. Orang yang kaya melintir gara-gara VCD tadi, bisa beradaptasi dengan DVD, tetapi belum tentu dengan format-format digital.
Ada lagi, pengusaha wartel (warung telepon). Telepon lokal, interlocal sampai fax dilakukan di sini. Setiap desa, setiap sudut, pasti punya wartel. Bahkan orang rela mengantre untuk jasa ini. Sama seperti, OKB di bidang VCD tadi, pasti ada orang yang kaya melintir karena wartel ini.
Namun setelah wartel dihantam terjangkaunya harga HP, juga dengan paket-paket telepon yang murah dari provider-provider kita. Wartel tergantikan, telepon tidak perlu mengantri, karena semua sudah ada di kantong masing-masing.
Bisnis-bisnis ini, mau video ataupun telekomunikasi akan sangat bergantung pada jalannya teknologi yang selalu maju ke depan. Belum sebulan, sudah ada penemuan baru lagi. Lebih-lebih setahun, tiga tahun, dan seterusnya.
Investasi dalam bisnis ini bertumpu pada faktor perkembangan teknologi, yang ditunjang dengan perkembangan produknya. Perkembangan teknologi ini berkembang di dunia luar, di luar bisnis kita, ini kita sebut faktor eksternal bisnis anda.
Hal-hal ini memang diluar aturan anda, tapi tentu anda bisa mengendalikannya.
Bagaimana dengan bisnis viral dan tren di bidang makanan? Kita sudah mengalami gelombang-gelombang itu, sosis, kepal milo, cappuccino cincau, dalgona, dan lain-lain. Tren bisnis ini seringkali kita tandai sebagai bisnis yang nafasnya pendek, atau katakan bisa lebih beresiko di banding bisnis yang di atas tadi.
Padahal, semua itu bisa lebih kita siasati dengan pembacaan faktor eksternal tadi: perubahan politik, pasar persaingan, pasokan keamanan, bencana alam, kebijakan ekonomi, perubaan teknologi, kerja sama bilateral. Kira-kira, seorang yang cakap harus bisa sekali membaca rubrik berita internasional.
Bagaimana dengan bisnis viral itu? Selain membaca rubrik internasional, penting untuk membaca akun-akun meme. Karena di sana bisa kelihatan sejenuh dan semuak apa masyarakat dengan produk viral itu. Setidaknya kalau tidak muak, anda akan mendapatkan pendapat paling jujur dan murni terkait bisnis itu, sehingga bisa menentukan Langkah ke depan.
Sebenarnya latah itu bukan berarti tiba-tiba anda mendirikan tenda dan membuat bisnis seblak paling trendy yang ada di FYP Tiktok. (Tentu saja anda bisa latah juga di model bisnis begini, tapi bukan itu maksudnya). Latah yang sebenarnya adalah anda terjun ke sebuah bisnis hanya karena dorongan feeling semata, dan tidak berhitung.
Membaca kemungkinan, membaca public adalah satu hal. Tapi untuk yang tidak latah-latah, kita bisa cek bisnis yang terus menerus dibutuhkan, semisal cukur rambut, perias, dan lain-lain. Mereka sama mengalami perkembangan, dengan kebutuhan yang pas dan tepat.
Apabila anda sudah punya usaha lama, jangan all-in untuk usaha baru dan viral, atau yang baru lagi. Asalkan tidak latah, usaha anda punya kesempatan untuk tumbuh berkembang, kalau didukung dengan pembacaan faktor eksternal.