Humaniora

Gus Miftah Mundur sebagai Utusan Khusus Presiden, Polemik Dakwah Jadi Sorotan

Anggota DPR RI Abdul Wachid meminta Gus Miftah untuk mengevaluasi pendekatan dakwahnya agar lebih sesuai dengan norma, terlebih saat masih menjabat sebagai bagian dari pemerintahan.

MIftah Maulana Habiburrahman atau yang dikenal sebagai Gus Miftah, resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Agama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. (Instagram @gusmiftah)

MIFTAH Maulana Habiburrahman atau yang dikenal sebagai Gus Miftah, resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Agama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. 

 

Keputusan ini diambil setelah video dirinya yang melontarkan candaan bernada kontroversial kepada penjual es teh saat sebuah pengajian di Magelang, Jawa Tengah, Rabu (20/11), viral di media sosial.

 

Perilaku Gus Miftah Jadi Sorotan Anggota DPR RI

 

Keputusan Gus Miftah mundur mendapat perhatian luas, termasuk dari Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Abdul Wachid. 

 

Baca juga: Anggota DPR RI Sesalkan Gus Miftah, Ingatkan Pentingnya Dukungan untuk UMKM

 

Ia mengaku sempat menegur Gus Miftah terkait gaya dakwahnya yang dianggap tidak pantas. 

 

Abdul Wachid meminta Gus Miftah untuk mengevaluasi pendekatan dakwahnya agar lebih sesuai dengan norma, terlebih saat masih menjabat sebagai bagian dari pemerintahan.

 

“Gaya dakwah itu harus melihat konteks, apalagi dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia,” ujar Abdul Wachid. 

 

“Hal yang dianggap candaan bisa saja ditafsirkan sebagai pelecehan. Kami menegur Gus Miftah agar ini menjadi evaluasi, tidak hanya bagi beliau, tapi juga dai lainnya,” ujar Abdul Wachid di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (6/12).

 

Baca juga: Ketua MUI Bandung: Kesalehan Ulama dan Keadilan Pemerintah Menentukan Nasib Masyarakat

 

Politikus Fraksi Partai Gerindra ini menambahkan bahwa Komisi VIII DPR RI bersama Kementerian Agama akan membahas standar dakwah yang lebih jelas. 

 

Tujuannya, untuk memberikan pedoman kepada para dai agar dapat menjaga kerukunan beragama dan sensitivitas sosial.

 

“Perlu ada batasan dalam berdakwah, terutama yang menyentuh isu sosial dan kerukunan antarumat beragama. Ini penting untuk menjaga harmoni dalam masyarakat,” tegasnya.

 

Meski begitu, Abdul Wachid juga melihat potensi unsur politis di balik polemik ini. 

 

“Saya kira Gus Miftah tidak bermaksud melecehkan, tapi dianggap seperti itu. Ada kemungkinan ini dipolitisasi,” kat Abdul Wachid. 

 

“Namun, masalah ini sudah selesai. Presiden telah memberi teguran, kami di DPR juga sudah menyampaikan evaluasi,” ujarnya.

 

Pengunduran Diri Gus Miftah Langkah Redakan Polemik

 

Pengunduran diri Gus Miftah dinilai sebagai langkah untuk meredakan polemik yang terjadi. 

 

Baca juga: Ramadan: Momentum Dapat Pahala Besar dan Perkuat Hubungan dengan Allah

 

Namun, insiden ini menjadi pengingat pentingnya menjaga sensitivitas dalam berdakwah, terutama di tengah masyarakat yang beragam seperti Indonesia.(SG-2)