Jakarta, 15/5 (Sokoguru.id) - Penceritaan atau
story telling pada
jenama menjadi salah satu elemen penting yang perlu diperhatikan ketika
seseorang hendak atau sedang membangun bisnis kuliner, demikian pendapat
dari Pendiri M Bloc Group Handoko Hendroyono.
“Karena saya pengalaman di produk atau jenama, pertama adalah narasi. Narasinya harus lebih kuat,
story telling-nya harus kuat.
Story telling ini sebenarnya berhubungan dengan
purpose atau tujuan kita bikin (produk) itu apa. Nah, itu menjadi hal yang sangat penting,” kata Handoko di Jakarta, kepada Antara, ditulis Minggu.
Senada, Chef Dade Akbar berpendapat bahwa dalam dunia kuliner elemen
rasa juga perlu diperhatikan namun rasa enak bukan satu-satunya aspek
kesuksesan dalam berbisnis. Menurutnya, para pelaku usaha yang tengah
membangun bisnis kuliner harus lebih menyadari kekuatan cerita yang
dimiliki pada produknya.
“Banyak banget elemen-elemen lain di
luar rasa yang memang harus diinovasi, punya terobosan. Salah satunya
mungkin tentang narasi
brand itu, punya cerita apa,” tutur Dade.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya para pelaku usaha untuk
memanfaatkan sumber pengetahuan kelokalan yang mereka miliki untuk
mengolah cerita. Setidaknya terdapat dua kunci dalam konteks kuliner
nusantara, yaitu mengetahui kekuatan kuliner lokal dan mengetahui
bagaimana mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih menarik lagi.
“Pengetahuan itu memang hanya kita yang tahu karena kita orang lokal
kita tahu kekuatan kita apa dan kita olah dengan pengetahuan kita,”
ujarnya.
Handoko menilai sejauh ini perkembangan bisnis
kuliner telah banyak yang mempunyai inisiatif-inisiatif bagus, tidak
hanya di kota-kota besar di Indonesia, melainkan juga di kota-kota kecil
yang mungkin jarang terekspos.
“Saya sendiri juga berbisnis
kopi, jadi sedikit banyak tahu seperti di Madiun atau di Klaten, dan
kota-kota lain, itu bertumbuhan F&B lokal yang inovatif-inovatif.
Tidak sekadar nilai inovasinya kecil, bukan hanya sekadar bikin
(produk), tapi ada unsur inovasinya dan ada unsur narasinya,” cerita
Handoko.
Selain itu, Handoko juga menekankan pentingnya mengedepankan ketelusuran (
traceability) sumber-sumber bahan baku sehingga narasi produk kuliner menjadi lebih kuat.
“Jadi sumber-sumbernya juga diceritakan. Misalnya, madunya dari pohon
yang tingginya lima meter, atau justru di bawah tanah. Kelapanya dari
kelapa terbaik di Indonesia, dan lain sebagainya,” terangnya.
Sementara perihal inovasi produk, terutama ketika seseorang hendak
mengombinasikan bahan-bahan berbeda untuk menjadi produk baru yang tidak
pernah terpikirkan orang-orang sebelumnya, Dade mengatakan penting
untuk pelaku usaha menggali referensi dan eksplorasi.
“Kuncinya adalah mencari inovasi dari eksplorasi. Katakanlah misalkan pakai produk Tehbtol Sosro, ini bisa
beyond apa, nih, kalau dia kita bikin pakai bahan a, bahan b, bahan c, dan lain-lainnya,” ujarnya.
Menurutnya, ketika seseorang telah menganggap bahwa mengombinasikan
bahan-bahan yang biasanya tidak lazim, maka ia bisa dengan mudah untuk
mengeksplorasi menu. Hal tersebut, lanjut Dade, tentu melalui proses
penelitian dan pengembangan (RnD) terlebih dahulu.
Begitu
pula dengan cara penyajian menu, eksplorasi menjadi kunci agar produk
baru yang telah diciptakan tampil unik dan berbeda dengan produk lain
pada umumnya.
“Jangan mau biasa-biasa saja. Pilihan aman itu
bukan pilihan. Terlepas dari semua keterbatasan, bermain liar saja dulu.
Kemudian baru lihat kenyataan. Jangan lihat kenyataan dulu, itu akan
susah untuk bermain liar. Kasarnya begitu,” kata Dade.
Oleh: Rizka Khaerunnisa | Editor: Ida Nurcahyani