Ongkos Produksi "Satria Dewa: Gatotkaca" Capai Rp20 miliar
Sutradara Hanung Bramantyo mengungkap biaya pembuatan film "Satria Dewa: Gatotkaca" mencapai lebih dari Rp20 miliar.
OlehRafqi Sadikin
16 Mei 2022 10:14

Depok, 13/5 (Sokoguru.id) - Sutradara Hanung Bramantyo mengungkap biaya
pembuatan film "Satria Dewa: Gatotkaca" mencapai lebih dari Rp20 miliar.
Membuat film pahlawan super memang membutuhkan biaya yang cukup besar,
apalagi jika menggunakan CGI (Computer Generated Imagery) dan visual effect yang dikerjakan dengan sangat detail.
Meski demikian, Hanung membocorkan bahwa film ini memakan biaya Rp20
miliar-Rp24 miliar. Menurutnya, masih murah dibandingkan dengan film
pahlawan super lain.
"Budget-nya sekitar Rp20 miliar sampai
Rp24 miliar. Jadi kalau ada orang bilang ini budget-nya Rp80 miliar itu
enggak benar. Enggak ada separo-separonya budget film superhero yang
ada, bahkan yang ada di Indonesia," ujar Hanung dalam peluncuran trailer
"Satria Dewa: Gatotkaca" di Depok, Jumat.
Hanung mengatakan dalam membuat film pahlawan super tidaklah mudah, dibutuhkan support system yang cukup kuat, di antaranya CGI dan efek 3D.
Kekuatan CGI dan efek 3D bertujuan untuk membangun imajinasi penonton
akan pertempuran epik seperti yang sering digambarkan oleh Disney dan
Marvel Studio.
Menurut Hanung, jika kedua hal tersebut tidak
kuat dan intens, maka penonton film pahlawan super akan kecewa dan lebih
memilih menyaksikan film dari luar negeri.
"Makanya saya
bekerja sama dengan Lumine Studio, dengan Mas Andi sebagai komandonya di
situ, itu betul-betul pada saat kita men-development ini, saya sudah membayangkan bahwa saya pengin ini kejadian seperti ini, kekuatan supernya bisa terwujud seperti ini," katanya.
"Jadi, Mas Andi betul-betul memberikan support
itu. Kalau enggak ada itu, kita bubarlah. Enggak bisa mewujudkan
gagasan kita. Dan anak-anak sekarang enggak akan mungkin bisa kerangkul
itu semua," lanjut Hanung.
Hanung juga mengatakan bahwa
Gatotkaca yang ditampilkan dalam filmnya merupakan perwujudan yang lebih
modern dari cerita klasiknya. Namun, ia tetap menampilkan ciri khas
dari Gatotkaca seperti kumis dan baju zirahnya.
"Kita buat
modern, dulu orang gagah itu selalu berkumis, makanya jadi simbol
maskulinitas, sekarang makin klimis makin maco tapi kumis itu tidak kita
hilangkan, kumisnya kita buat seolah-olah itu aksen," jelas Hanung.
Selain kumis, Hanung juga mempertahankan kutang Antakusuma atau
pakaian yang membuat Gatotkaca bisa terbang meski tanpa sayap. Selain
itu, ada juga bintang yang terdapat di dada Gatotkaca.
"Memang kita modif bintang itu yang keren buat anak-anak sekarang," ujar Hanung.
Pewarta: Maria Cicilia | Editor: Ida Nurcahyani
Editor Sokoguru: Ahmad Yunus